LATAR BELAKANG
Panti Asuhan Simpang Tiga di Medan lahir dari kerinduan
untuk menangani anak-anak terlantar, anak jalanan dan anak-anak korban bencana alam, dengan membawa mereka kedalam sebuah
keluarga yang kemudian diperlengkapi menjadi manusia mandiri dan menjadi berkat buat sesamanya.
Pelayanan bagi anak-anak pra sejahtera
dan anak-anak jalanan di kota Medan sudah dimulai sejak tahun 1999 oleh pelayanan Medis dan pelayanan anak jalanan Gereja
Kristen Baithani (GKB-Medan, sekarang Blessing Community Ministry), melalui pembinaan mental dan kerohanian, pemberian makanan
tambahan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan dan pembagian sembako. Bahkan pengadaan Taman Kanak-Kanak di Kelurahan Sukaraja
dan Kelurahan Sei Agul sangat membantu dalam pengembangan pendidikan anak usia dini.
Ebit Simbolon (tahun 1999 terlibat
dipelayanan Mahasiswa & Pelayanan Anak GKB-Medan) bersama rekan-rekan pelayanan Medis GKB-Medan (termasuk Minar Sinaga
yang saat itu terlibat di pelayanan Medis), sangat konsentrasi menangani pembinaan mental, fisik dan kerohanian anak-anak
jalanan. Sampai tahun 2002, pembinaan kerohanian dan pelayanan kesehatan dilakukan dengan cara membawa anak-anak jalanan yang
jumlahnya berkisar 400 orang, dijemput dan dikumpulkan di gedung gereja untuk mengikuti kebaktian anak-anak jalanan. Dengan
jumlah pekerja 21 orang, kami mengadakan pelayanan tersebut 2 kali dalam sebulan. Kami berdoa bersungguh-sungguh agar anak-anak
jalanan tersebut bisa mengalami Kristus dan mengalami perubahan karakater.
Namun setelah beberapa lama kami
mengadakan kebaktian anak-anak jalanan, kami mengevaluasi bahwa metode pelayanan seperti ini kurang efektif. Karena disamping
pekerjanya sudah mulai berkurang (dengan berbagai alasan), biaya yang dikeluarkan pun cukup besar dan sebagian besar dari
anak-anak tersebut masih tinggal dijalanan. Akhirnya kami mulai merubah metodenya, dengan cara mengadakan pelayanan langsung
ke daerah-daerah tempat tinggal anak-anak jalanan tersebut. Tujuannya, agar pelayanan bisa lebih fokus dan terarah. Saat itu
kami bisa mengadakan pelayanan area sampai berjumlah 15 area. Kami melihat pelayanan ini sangat berkembang. Jumlah anak-anak
yang terlibat semakin bertambah. Namun, akibat kekurang pekerja, satu demi satu pos-pos pelayanan area ditutup. Kami hanya
memfokuskan pelayanan area hanya di dua area saja, yakni area Polonia dan area Sukaraja. Perkembangan di area Sukaraja berkembang
dengan pesat. Saat itu hanya tinggal Ebit Simbolon yang setia melayani di area Sukaraja.
Pada Maret 2003, Ebit Simbolon terpanggil
untuk mendirikan pendidikan anak usia dini di area Sukaraja. Berbekal pengalaman pelayanan anak sejak SLTP dan pendidikan
di Psikologi (saat itu Ebit Simbolon sangat berkonsentrasi pada Psikologi Anak), Ebit Simbolon mengajar 6 murid sebagai murid
perdana. Melihat hasil dari Komunitas Belajar pra sekolah itu cukup menggembirakan, akhirnya pada bulan Juli 2003, Ebit Simbolon mulai memperkenalkan dan mendirikan Taman Kanak-Kanak pra sejahtera untuk area Sukaraja.
Setelah selama 1 minggu, Ebit Simbolon diutus dari Gereja Kristen Baithani Medan untuk mengikuti pelatihan cara mendirikan
Taman Kanak-Kanak di Jakarta, tepatnya di Yayasan Bina Mandiri Indonesia (Pelayanan Masyarakat Abbalove Ministry). Saat itu
uang sekolah hanya sebesar Rp 5.000,- per bulan, tujuan uang sekolah hanya untuk mengajak orang tua lebih bertanggung jawab.
Para orang tua saat itu cukup antusias mendaftarkan anak-anaknya, sehingga murid Taman Kanak-Kanak waktu itu berjumlah 19
murid. Pendidikan yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak tersebut adalah pendidikan
secara nasional, bukan berfokus pada keagamaan, sehingga ada 10 murid yang berasal dari agama non Kristen.
Demikianlah berjalan pelayanan pendidikan
di Sukaraja sampai akhirnya area perumahan kumuh tersebut di gusur pada Desember 2005. Pembinaan kerohanian dilakukan setiap
hari minggu di area tersebut, tercatat sampai 150 orang anak yang tertangani. Pengobatan massal gratis oleh Pelayanan Medis,
pemberian makanan tambahan untuk anak-anak dan pembagian sembako telah disalurkan pada lebih dari 150 kepala keluarga telah
dilakukan secara rutin.
Pada tahun 2005, Tuhan mengarahkan
kami untuk merintis pelayanan di area Sei Agul (sekitar 1 Km dari rumah Panti Asuhan Simpang Tiga-Medan), daerah perumahan
kumuh dipinggir rel Kereta Api. Disana pelayanan kerohanian telah terlebih dahulu dirintis oleh salah seorang rekan Ebit Simbolon,
yang dilakukan seminggu sekali. Ada lebih dari 100 anak yang dilayani setiap minggunya. Setelah beberapa bulan membantu rekan
tersebut dalam pelayanan kerohanian. Akhirnya Ebit Simbolon bersama Pnt Soramuli
Tarigan (salah seorang penatua di Gereja Kristen Baithani-Medan), mengajukan perencanaan pendirian Taman Kanak-Kanak untuk
keluarga pra sejahtera. Hal itu disambut baik oleh rekan Ebit Simbolon tersebut dan masyarakat pun sangat senang. Akhirnya
Taman Kanak-Kanak pun didirikan dan menampung sebanyak 30 murid. Perkembangan pelayanan cukup pesat perkembangannya ditempat
ini. Pengobatan massal secara gratis oleh pelayanan Medis dan pembagian sembako serta pemberian makanan tambahan terus dilakukan.
Sampai saat ini sudah ada sampai 150 kepala keluarga yang telah mendapatkan pelayanan.
|
 |
|
|
 |
Tidak cukup hanya pelayanan di area-area
tempat tinggal anak-anak jalanan tersebut. Tuhan juga mengarahkan pelayanan ini untuk mengunjungi anak-anak jalanan secara
langsung di jalanan. Sejak tahun 2004, sering sekali pada malam hari kami mengunjungi anak-anak jalanan tersebut di jalanan.
Kami mengunjungi mereka sambil membawa makanan. Dijalanan, kami bernyanyi bersama mereka, mendengarkan keluhan mereka dan
mulai membangun hidup mereka. Kami merindukan agar mereka bisa kembali ke keluarganya dan bisa mengenyam pendidikan yang semestinya.
Diantara mereka ada juga yang tidak memiliki keluarga lagi. Kami sangat rindu mereka bisa didik didalam keluarga.
Awal tahun 2005, beberapa minggu
setelah terjadinya Tsunami yang melanda Propinsi Aceh dan pulau Nias, Pak Franky & Ibu Marinka, Fransiska dan team datang
ke Medan bertemu dengan Pnt Soramuli Tarigan. Melalui pembicaraan yang serius, dimana Pak Franky rindu mendirikan panti asuhan
untuk anak-anak korban Tsunami, akhirnya didirikanlah Panti Asuhan Simpang Tiga di Medan, dengan kerinduan bisa menangani
anak-anak korban tsunami, anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan di kota Medan.
Puji Tuhan, dengan melewati hari-hari
yang penuh suka dan duka, saat itu keberadaan Panti untuk mengasuh anak-anak dalam kekeluargaan sudah berusia 1 tahun 10 bulan
(Desember 2006). Dipengujung tahun itu, Tuhan memberikan pembina-pembina sebuah konsep baru untuk rumah tinggal anak-anak
di panti, yang sebenarnya sudah dibangun sejak awal, yakni dengan sebutan PONDOK KEKELUARGAAN (FAMILY HUT). Visi dan Misi
dari Panti Asuhan Simpang Tiga di Medan adalah KELUARGA MANDIRI UNTUK TRANSFORMASI.
Jumlah anak-anak yang dibina di
panti saat itu adalah 18 orang (data Januari 2007). Sebenarnya jumlah anak yang dibina sudah mencapai 28 orang, namun kerena
berbagai hal yang membuat anak-anak pergi dari panti sehingga jumlahnya masih terbilang sedikit. Kebanyakan alasan mereka
keluar dari panti karena mereka merasa bosan dan tidak bebas.
Anak terlantar dan anak jalanan
banyak di kota Medan, kami tidak mungkin sendiri menangani mereka, bersama Bapak/Ibu/Saudara/i kita pasti bisa mendampingi
mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka dan menjadi subyek untuk membangun kota dan bangsa ini.
Kita bisa hidup dengan apa yang kita dapatkan, tetapi kita membangun kehidupan dengan apa yang kita berikan (Winston
Churchill)
VISI DAN MISI
Visi dan Misi dari Family
Hut adalah Menjadi Fasilitator dalam menciptakan generasi yang terabaikan menuju kemandirian dalam wadah kekeluargaan
untuk menjadi transformator bagi keluarga, kota, bangsa dan bangsa-bangsa.
Ada 4 (empat) hal yang hendak kami kerjakan untuk mencapai
Visi dan Misi ini, yakni:
-
Menjangkau generasi yang terabaikan, yaitu anak
dan remaja korban bencana alam, anak jalanan, anak terlantar, anak korban kekerasan, dan lain sebagainya.
-
Membawa mereka untuk hidup dalam kehidupan kekeluargaan
-
Menemukan dan mengembangkan Potensi Diri mereka
secara Holistik
-
Mengarahkan mereka untuk memfokuskan diri pada
bidang yang spesifik
-
Mempersiapkan mereka untuk menjadi transformator
bagi kelurga, kota, bangsa dan bangsa-bangsa
Anak-anak binaan ini terbagi dalam 5 (lima) Kelompok
Usia, yakni:
-
Kelompok Benih (BN), yaitu Kelompok anak binaan berusia 3 - 8 tahun.
-
Kelompok Tunas (TN), yaitu Kelompok anak binaan berusia 9 - 12 tahun.
-
Kelompok Tumbuh (TB), yaitu Kelompok anak binaan berusia 12 - 16 tahun.
-
Kelompok Berbuah (BU), yaitu Kelompok anak binaan berusia 16 - 20 tahun.
-
Kelompok Berlipat Ganda (BG), yaitu Kelompok anak binaan berusia > 16 tahun.
Area potensi diri yang dikembangkan:
-
Intelektual
-
Sosio-Emosional
-
Fisik
-
Kerohanian
-
Moral
-
Kemandirian
-
Keahlian dan Kegemaran
|
Marinka, Minar, Siska, Ebit & Franky |
|
Ebit dan Minar, di Singaraja-Bali |
|
 |
|
|